Selasa, 06 Oktober 2009

Rupiah Juga Jadi yang Terbaik


Nilai tukar rupiah mencapai posisi terbaiknya dalam 12 bulan terakhir, sekaligus menjadi mata uang terbaik di Asia. Penguatan rupiah kali ini berlangsung tanpa campur tangan Bank Indonesia. Pada perdagangan Selasa (6/10/2009), rupiah ditutup menguat ke 9.435 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level 9.560 per dolar AS.

Penguatan rupiah ini berjalan seiring terus masuknya aliran modal asing ke Indonesia memburu portofolio lokal. Hal itu terlihat dari penguatan IHSG yang terbaik di Asia, serta lelang Surat Utang Negara (SUN) yang cukup dibanjiri investor.
Ekonom Citi Group, Johanna Chua menjelaskan, nilai tukar rupiah telah menguat hingga 5,55% selama kuartal III-2009 dengan volatilitas yang lebih rendah. "Penguatan rupiah didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat seperti tercermin dari surplus perdagangan, tingkat suku bunga yang atraktif dan membaiknya persepsi risiko kredit," ujarnya dalam risetnya. Di pasar Asia, dolar AS kini memang sedang berada dalam tren pelemahan. Dolar AS merosot atas yen ke posisi 88,86 yen, dibandingkan sebelumnya di level 89,51 yen. Euro juga menguat ke 1,4743 dolar, dibandingkan sebelumnya di level 1,4648 dolar.

Pelemahan dolar AS terjadi setelah harian Inggris, The Independent mengungkapkan, negara-negara Arab kini sedang melakukan pembicaraan serius dengan Rusia, China, Jepang dan Prancis untuk mengantikan dolar AS dengan kumpulan mata uang dan emas untuk perdagangan minyak dalam 9 tahun ke depan.
The Independent dalam headline -nya menuliskan sebuah laporan khusus dengan judul "Matinya dolar". Dalam laporan tersebut dituliskan, negara-negara Arab akan menggunakan 'basket of currencies ' yang berisi kombinasi mata uang yuan, euro, emas dan beberapa mata uang lain untuk melakukan transaksi minyak. "Ini adalah kabar negatif dolar AS yang menggerakkan pasar dan menunjukkan bahwa bukan hanya Bank Sentral Asia yang sedang mencari jalan untuk melakukan diversifikasi untuk beralih dari dolar AS," ujar Jonathan Cavenagh, analis dari Westpack seperti dikutip dari Reuters.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar